Jakarta – Pemerintah tidak menjamin para peserta program kartu prakerja langsung mendapatkan pekerjaan. Pemerintah hanya sekadar memberikan bantuan biaya pelatihan dan insentif bagi para pekerja yang terdampak Covid-19.
“Tentunya yang bisa menjamin itu termasuk diri sendiri, para peserta pelatihan bagaimana untuk meningkatkan dan menunjukkan diri sendiri untuk kemudian dipertimbangkan oleh HRD perusahaan. Jadi ekspektasinya harus pas, jangan over promise,” terang Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Pra-Kerja Denni Puspa Purbasari dalam webinar kartu prakerja, Rabu (29/4).
Meski begitu, katanya, seluruh pihak mulai dari lembaga pelatihan diperbolehkan berkolaborasi dengan perusahaan untuk bisa bekerja sama dalam penyerapan tenaga kerja nantinya.
Bahkan, menurutnya pemerintah juga berkomunikasi dengan asosiasi-asosiasi pengusaha, dimana pengusaha bisa menyerap tenaga kerja yang keterampilannya meningkat lantaran program ini.
Melalui program ini, pemerintah juga berharap pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja atau yang dirumahkan tak hanya terserap menjadi karyawan saja, tetapi bisa menjadi wirausaha.
“Kita tentu ingin angkatan kerja kita yang sudah dilatih di program kartu prakerja diserap oleh perusahaan atau wirausaha unggul. Tetapi perlu saya sampaikan bahwa pesan dari komite jangan hanya jadi karyawan tetapi juga ajarkan jadi wirausaha,” ujar tambah Denni.
Saat ini, terdapat lebih dari 2.000 jenis pelatihan yang tersedia di program kartu prakerja. Menurut Denni, dari ribuan jenis pelatihan tersebut beragam pelatihan yang diminati peserta, dengan harga beragam yakni mulai dari Rp 24.000 hingga Rp 1,5 juta.
Adapun, jenis pelatihan yang paling diminati seperti pelatihan Bahasa Inggris baik grammar dan Toefl, pilihan kerja sampingan di masa corona, menjadi staf administrasi dan sekretaris, teknik melamar, hingga pelatihan bisnis online di instagram dan content creator di youtube.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pembinaan, Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan Bambang Satrio Lelono berharap agar peserta kartu prakerja memilih jenis pelatihan secara cermat dan jeli, sehingga pelatihan yang didapatkan bisa dimanfaatkan dalam mencari pekerjaan.
“Harapan saya, peserta ini jeli, karena banyak pelatihan yang ditawarkan yang cukup bagus. Setelah mereka berlatih, keterampilan yang dimiliki lewat pelatihan online dan insentif ini bisa digunakan menjadi peluang baru untuk bekerja,” kata Bambang.
Sebagai informasi, anggaran yang disiapkan dalam program kartu prakerja ini sebesar Rp 20 triliun, dimana ditargetkan akan ada 5,6 juta peserta yang ikut serta.
Setiap peserta mendapatkan Rp 3,55 juta dengan rincian Rp 1 juta untuk biaya pelatihan, Rp 2,4 juta insentif selama 4 bulan, dan Rp 150.000 sebagai insentif setelah mengisi survei terkait pelatihan yang dijalani. (BL)